Export Opportunity in the Middle of Pandemic.
Julio, seorang eksportir muda yang sangat berpengalaman dan berhasil mengekspor produk kelapa dan turunannya ke berbagai negara di belahan dunia. Selain itu, bersama dengan Komunitas Bisa Ekspor yang beliau dirikan, beliau juga membantu eksportir-eksportir baru untuk mengenalkan sumber daya alam Indonesia ke mancanegara. Membawakan topik “Export Opportunity in the Middle of Pandemic”, beliau banyak memberikan dorongan, semangat, dan ilmu pengetahuan mengenai bisnis ekspor. Di tengah pandemi, ketika orang lain banyak mengeluh karena kondisi ekonomi dan pasar yang menurun, beliau justru melihatnya sebagai peluang dan potensi baru. Beliau melihat bahwa produk komoditas Indonesia sangat dibutuhkan oleh berbagai negara. Oleh sebab itu, beliau berusaha merangkul dan mengajarkan banyak orang untuk memulai bisnis ekspor demi mendorong perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.
Dalam sesinya saat Connectpedia Conference 2020, beliau menjelaskan bahwa menjalankan bisnis ekspor memiliki dampak yang besar. Tidak hanya menghasilkan profit yang tinggi, tetapi juga memberi dampak sosial. Ada banyak orang yang dapat terbantu apabila kita bisa mengembangkan potensi daerah mereka melalui ekspor. Sebagai contoh, dalam mengekspor ikan tuna, beliau melibatkan 200 nelayan untuk memenuhi 1 kontainer. Ini berarti ada 200 nelayan yang taraf hidupnya meningkat dari ekspor ikan tuna tersebut dibandingkan hanya dijual ke pasar lokal. Permasalahan dari pasar lokal di Indonesia adalah tidak adanya transparansi harga dan rendahnya pengetahuan petani, nelayan, bahkan konsumen. Selain itu, banyaknya middleman membuat harga jual ke konsumen jauh lebih tinggi daripada harga beli dari petani.
Sebagai negara penyedia raw material terbesar ketiga di dunia, apabila divaluasi, nilai ekspor Indonesia mencapai 1 triliun US dollar. Walau demikian, penghasilan atau rata-rata pendapatan petani hanya berkisar -/+ 70 dollar/bulan atau sekitar 900 ribu rupiah/bulan. Padahal, petani kita mampu menghasilkan produk berkualitas. Sayangnya, mereka tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai dan tidak tahu harus menjual kemana sehingga mereka pasrah untuk menjualnya ke para tengkulak / pengepul lokal.
Di sinilah peluang yang dilihat oleh beliau. Ada banyak permintaan di pasar internasional atas komoditas Indonesia. Sementara para pekerja sumber daya alam, seperti petani seharusnya mampu menghasilkan produk berkualitas, tapi tidak tahu harus menjual kemana. Inilah kesempatan kita untuk menjadi seorang eksportir. Hal yang perlu kita lakukan hanya rajin mencari dan membaca informasi dan berita. Ini merupakan cara paling mudah untuk melihat peluang ekspor dan menemukan buyer serta supplier yang tepat. Lantas, apakah UMKM bisa menjadi pengusaha ekspor? Menurut beliau, apabila UMKM ingin bersaing di pasar lokal dengan produk impor, maka akan sangat sulit, karena kecenderungan masyarakat mencari produk yang murah.
Produk impor merupakan produk manufaktur yang diproduksi secara massal dari luar negeri, seperti China. Inilah yang menyebabkan produk impor bisa lebih murah dari produk lokal/UMKM. Walau demikian, UMKM masih memiliki kesempatan untuk masuk pasar internasional dengan melakukan ekspor. Bisnis di dunia ekspor masih tergolong blue ocean. Jangan khawatir apabila melihat suatu produk sudah terjual ke suatu negara tertentu, karena buyer di negara tersebut tidak hanya satu. Selain itu, sumber daya alam Indonesia apabila bisa diolah dan dikemas dengan baik bisa memiliki nilai yang tinggi. Beliau memaparkan bahwa ada lebih dari 20.000 desa di Indonesia yang memiliki produk unggulan, baik produk pangan maupun non-pangan. Apabila kita mampu membantu desa-desa ini untuk memasarkan produk mereka di pasar Internasional, bukan hanya kita yang untung, tapi ada ribuan orang yang tertolong dan mengalami kenaikan taraf hidup menjadi lebih baik.
Dalam mengawali bisnis ekspor, beliau bercerita bahwa memulainya dari nol tanpa modal. Modal yang beliau miliki adalah ilmu pengetahuan dan kemauan untuk bisa sejahtera bersama. Beliau mengatakan, modal tidak selamanya tentang uang, tapi juga tentang kemauan, kerja keras, niat, pengetahuan, dan strategi bisnis. Beliau memulai bisnisnya hingga saat ini dengan cara bekerjasama dengan pabrik-pabrik yang mampu memproduksi namun kalah bersaing di pasar lokal. Mereka kesulitan menjual produk yang mereka produksi. Perputaran dana yang didapatkan oleh beliau, merupakan dana berantai, dimana beliau melakukan perjanjian dan menerima pembayaran dari buyer secara bertahap dan dana tersebut beliau pakai untuk membayar biaya produksi yang dibayarkan secara bertahap juga. Inilah yang beliau sebut sebagai strategi bisnis sebagai modal.
Dari pemaparan beliau, setidaknya ada tiga hal yang menjadi dasar alasan kita untuk menjadi eksportir.
- Pertama, keuntungan yang lebih tinggi. Pembeli internasional cenderung membeli dalam jumlah produk yang lebih banyak dan harga jual yang lebih baik dibandingkan untuk penjualan lokal. Inilah alasan ekspor memberikan keuntungan yang jauh lebih tinggi.
- Kedua, market yang lebih luas. Banyak negara di luar sana yang memiliki kebutuhan pokok yang bisa saja kita penuhi dari produk Indonesia. Dengan begitu, kita bisa menjual produk/komoditas yang banyak di pasaran Indonesia tanpa harus bersaing di market yang sudah penuh.
- Dan yang ketiga adalah dampak sosial yang lebih besar. Ekspor berbicara mengenai sesuatu yang banyak dan besar. Secara otomatis, pihak yang terlibat di dalamnya juga akan semakin banyak. Belum tentu kita bisa melakukan pembuatan bahan baku, produksi, packing, hingga distribusi sendirian. Kita perlu dan akan selalu membutuhkan bantuan dan menjalin kerjasama. Akan ada penyerapan tenaga kerja, peningkatan taraf hidup, hingga menyebabkan kesejahteraan bersama. Inilah dampak sosial yang diberikan dari melakukan bisnis ekspor.